Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:
Bagian
|
Cakupan kegiatan antara lain
|
Pengembangan
produk
|
Melakukan
riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
|
Pengadaan
|
Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier |
Perencanaan & Pengendalian | Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan |
Operasi / Produksi | Eksekusi produksi, pengendalian kualitas |
Pengiriman / Distribusi | Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi |
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management meliputi penetapan:
- Pengangkutan.
- pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
- supplier
- distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
- Hutang maupun piutang
- Pergudangan
- Pemenuhan pesanan
- Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.
Komponen Supply Chain Management
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
2. Internal Supply Chain
3. Downstream supply chain
Strategi Rantai Pasokan
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)
3. Vertical Integration
2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)
3. Vertical Integration
- Integrasi ke belakang (Backward Integration)
- Integrasi kedepan (Forward Integration)
4. Kairetsu Network.
5. Perusahaan Maya (Virtual Company)
5. Perusahaan Maya (Virtual Company)
Tujuan Strategis Supply Chain Management
Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1. Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh seorang investor dari investasi.
Proses Supply Chain Management
Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak sebagaio berikut:
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Bagan
di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi
dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang
berpartisipasi.
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
- Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan
- Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan
- Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer
Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor
Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer
Model Supply Chain Management
Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang
Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.
Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dengan Strategi Bisnis
Bagaimana keputusan mengenai rantai pasokan berdampak pada strategi
akan ditunjukkan pada table berikut:
Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor
Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer
Model Supply Chain Management
Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Indrajit dan Djokopranoto (2002)
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang
Sumber: James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006)
Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.
Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dengan Strategi Bisnis
Bagaimana keputusan mengenai rantai pasokan berdampak pada strategi
akan ditunjukkan pada table berikut:
Strategi biaya rendah
|
Strategi respon
|
Strategi diferensiasi
|
|
Tujuan
pemasok
|
Penuhi
permintaan dengan biaya serendah mungkin
|
Tanggapi
perubahan kebutuhan/permintaaan dengan cepat untuk memin terjadinya persedian
habis
|
Penelitian
pangsa pasar, bersama-sama mengembangkan produk dan pilihan
|
Kriteria
pemilihan utama
|
Pilih
terutama karena biaya
|
Pilih
terutama karena kapasitas, kecepatan dan fleksibilitas
|
Pilih
trtm krn ketrampilan pengembangan produk
|
Karakteritik
proses
|
Mempertahankan
utilitas rata-rata yang tinggi
|
Menanam
modal pada kapasitas berlebih dan proses yang fleksibel
|
Proses moduler yang
menuju mass customization
|
Karakteristik
Persediaan
|
Meminimalkan
persedian di seluruh rantai untuk menekan biaya
|
Kembangkan
sistem yang cept tanggap, dengan persedian cadangan untuk memastikan pasokan
|
Mmin
persediaan dalam rantai untuk menghindari produk menjadi usang
|
Karakteristik
Lead Time
|
Memendekkan
lead time sepanjang tidak meningkatkn biaya
|
Menanamkan
investasi secara agresif untuk mngurangi lead time produksi
|
Menanamkan
investasi secara agresif untuk mengurangi lead time pengembangan
|
Karakteristik
desain produk
|
Maksimalkan
kinerja dan minimisasi biaya
|
Menggunakan
desain produk yang mendorong waktu set up yang rendah dan produksi massal
|
Menggunakan
desain modular untuk menunda differensiasi produk selama mungkin.
|
Supply Chain Economics
Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian halnya untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif dan efisien maka adakalanya dihadapkan pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing
1. Keputusan Membuat atau Membeli
2. Outsourcing
Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian halnya untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif dan efisien maka adakalanya dihadapkan pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing
1. Keputusan Membuat atau Membeli
Adapun berbagai pertimbangan yang ada dalam keputusan tersebut diantaranya dijabarkan pada tabel berikut:
Alasan Membuat | Alasan Membeli | |
1 | Biaya produksi yang lebih rendah | Biaya perolehan lebih rendah |
2 | Pemasok kurang cocok. | Menjaga komitmen pemasok |
3 | Memastikan pemasok yang memadai dan manajemen | Mendapatkan keahlian tehnis |
4 | Pemanfaatan tenaga kerja berlebih | Kapasitas tidak memadai |
5 | Memperoleh kualitas yang diinginkan | Mengurangi biaya persediaan |
6 | Menghilangkan kolusi pemasok | Memastikan ada sumber daya alternatif |
7 | Memperoleh item yang unik | Kapasitas di perusahaan tidak mendukung |
8 | Mempertahankan bakat yang ada | Pertukaran informasi |
9 | Menjaga rancangan dan kualitas yang memadai | Item terlindungi karena hak paten |
10 | Mempertahankan dan meningkatkan ukuran perusahaan | Membebaskan manajemen menangani bisnis utama |
Sumber : Heizer (2004; 417)
Hal-hal
tersebut di atas dalam konsep pengambilan keputusan taktis yang
dikemukakan oleh Hansen Mowel menjadi bagian dari tahap pertimbangan
kualitatif dalam pengambilan keputusan taktis
2. Outsourcing
Adalah
memindahkan aktifitas perusahaan yang dimiliki dalam konsep tradisional
kepada supplier eksternal. Outsourcing merupakan tren yang kontinyu
yang mengarah pada efisiensi melalui konsep spesialisasi sehingga
perusahaan dapat berkonsentrasi pada core competencies yang dimiliki.
Dengan outsourcing tidak ada tangible product dan transfer. Perusahaan
kontraktor biasanya menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
menyempurnakan aktifitasnya. Sumber daya ditransfer ke perusahaan
pemasok yang meliputi: fasilitas, orang dan peralatan. Pada saat
sekarang, banyak perusahaan melakukan outsourcing berbagai keperluan
diantaranya: teknologi informasi, pekerjaan akuntansi, fungsi hokum dan
juga produk-produk perakitan. Sebaliknya banyak perusahaan yang bergerak
dibidang Teknologi informasi maupun Prosesing data menyediakan
outsourcing bagi berbagai jenis perusahaan yang memerlukannya.
Sumber :
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/manajemen-rantai-pasokan
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai